Tentang Mas Thiwul

Pengalaman Spiritualku

Sebenarnya pengalaman spiritual Mas Thiwul tidak jauh berbeda dengan yang ada di blog (Beranda), tetapi agar semua menjadi jelas maka baiklah saya ceritakan saja apa adanya. Kakekku sendiri adalah seorang Haji, meskipun kelihatannya tidak seperti haji-haji yang lain, sangat sederhana bahkan terkesan bukan seorang haji. Karena waktu itu saya masih kecil, tidak tahu bagaimana mestinya seorang haji, yang jelas jauh dari glamour kehajiannyam, dan sangat jauh dengan sifat-sifat haji kebanyakan.

Buku spiritual yang pertama kali saya buka adalah Injil bahasa Jawa, bukan Al-Qur'an ataupun sekedar bacaan anak-anak misalnya iqra, dan itupun milik kakekku yang haji itu, dan seingat saya kakek tidak pernah memperlihatkan Al-Qur'an kepada saya, apalagi diharuskan membaca, menghafal dan lain sebagainya. Memang waktu itu saya tidak membaca Kitab Injil itu, tetapi hanya membuka-buka saja dan sekedar membaca bagian tertentu jika ada gambarnya. Waktu saya masih kecil jarang sekali ada buku yang bergambar, jadi ketika ada maka sangat senang sekali membukanya. Tetapi saya masih ingat betul gambar yang paling depan dari Kitab itu adalah Kerajaan Allah. Kemudian ada gambar kelahiran Isa, ada gambar ketika masih dipangku ibunya, dan pasti ada gambar ketika disalib. Bukan itu saja yang menjadi koleksi kakek saya, setiap kali saya melihat ada lusinan benda-benda pusaka (keris, tombak dsb) yang siap untuk dibersihkan.

Di sekolah (SD) ada guru Agama yang datang hanya sebulan atau dua bulan sekali, itupun hanya mendongeng, mendogeng apa saja, tentang nabi-nabi, tentang perahu, dan kemudian menulis sebaris ayat dalam huruf Arab yang kemudian disalin oleh siswa. Salinan tulisan Arab tadi kemudian diberi nilai, itulah nilai agama dalam raport. 

Di kampung sendiri banyak langgar (mushola) dan juga ada sebuah masjid, yang tentunya disana ada guru yang bisa mengajarkan membaca, tetapi karena strata keluarga yang sangat rendah, maka hampir tidak mungkin untuk melangkahkan kaki menuju langgar setiap menjelang maghrib dan bergabung bersama anak-anak yang lain untuk mengaji. Tetapi tidak pelak juga akhirnya saya mendapatkan seorang guru ngaji yang tempatnya sangat dekat, hanya tetangga. Methode ngajinya agak berbeda dengan yang lain. Sebelum seorang anak mengaji Kitab Al-Qur'an maka anak tersebut diwajibkan untuk sholat. Karena saya belum sholat maka tiap hari yang diajarkan hanya bagaimana bacaan-bacaan sholat, tentunya tidak sendiri ada beberapa orang saat itu. 

Sampai lama saya tidak juga bisa sholat atau tidak melakukan sholat seperti yang lain karena keluarga memang tidak kondusif untuk itu, akhirnya toh diajarkan juga membaca Al-Qur'an meski tanpa lewat Juzz Ama, seperti layaknya guru-guru yang lain mengajarkannya.

Akhirnya kejadian luar biasa menimpa guru ngaji, cuma saya lupa apakah kejadian ini setelah kami berhenti mengaji karena sebab yang lain atau memang kejadian ini yang membuat kami berhenti mengaji. Kejadiannya adalah guru mengaji kami tertangkap basah oleh bapak saya menyembunyikan ayam jago milik bapak saya di bawah tenggok. Memang kejadiannya sangat fatal karena bapak saya tidak langsung menangkap di tempat, tetapi menunggu hasil curian itu dijual, dan ayam yang sudah ada di tukang ayam itu sebagai bukti.

Tempat mengaji berikutnya adalah langgar. Terpaksa mengaji di tempat itu harus dimulai dari awal, dan akhirnya berantakan, karena sekian lama mengaji ternyata tidak juga mengerti huruf-huruf Arab itu. Mana mungkin bisa membaca kalau tak dapat membedakan satu titik di atas, dua titik di atas, satu titik di bawah dan seterusnya. 

Pelajaran Agama di SMP mendapat nilai 5, artinya terancam tidak naik kelas. Dan entah apa yang dapat membuat tetap naik kelas meskipun nilai Agama hanya 6 sampai lulus SMP. Hanya ketika ujian praktek agama di SMP yang membuat pusing tujuh keliling maka terbersit ada niat untuk melakukan sholat, hal inipun berantakan meskipun ujian dapat dilalui dengan aman. Hal semacam inipun masih terjadi ketika di SMA, hanya saja semua bisa dilewati dengan tenang tanpa banyak masalah dan nilai Agama bisa naik menjadi 7.

Ada keinginan besar ketika nanti belajar di kota pelajar Yogyakarta (kebetulan dapat melewati seleksi penerimaan Mahasiswa Negri) akan berjanji untuk belajar Agama lebih tekun, tentunya bersama-sama dengan para ahli dari sebrang yang sangat banyak disana. Apa yang terjadi malah sebaliknya. Keinginan untuk belajar Agama itu menjadi sirna seketika bilamana melihat kelakuan orang-orang sebrang yang tiap hari mendengungkan ayat-ayat dari Kitab itu sangat buruk, lebih buruk berlipat-lipat dari guru ngaji saya di kampung itu. Tingkahnya aneh-aneh, mumpung tidak diawasi orang tua, jadi mau berbuat apa saja adalah asalkan mereka mau. Menipu, mesum, minum, berjudi semua hal mereka lakukan, dan saya tahu mereka tetap sholat dan membaca ayat-ayat itu setiap kali, meskipun kadang-kadang saya geli melihat tingkah ketika mereka sholat. Pernah saya ajak berdebat sedikit, sholat adalah untuk mengurangi dosa-dosa yang mereka lakukan.

Akhirnya saya pulang kembali kerumah untuk belajar membaca Al-Qur'an. Saya menginginkan agar saya dapat membaca tulisan Arab sebelum menyelesaikan studi saya itu. Suatu ketika di bulan puasa (saya sudah tidak pernah puasa lagi ketika SMA) dengan terbata-bata saya mencoba untuk membaca Al-Qur'an, kemudian ibu saya membantunya tetapi kurang mantab, kemudian bapak saya menggantikannya. Bapak saya anak seorang haji, maka mustahil bila tidak dapat membaca Al-Qur'an dengan lancar, kalau toh kemudian bapak saya berbuat lain, itu adalah semata-mata karena kehidupan yang harus dijalankan atau kematangan dalam berfikir. Dan kemudian ketika setiap malam Selasa Kliwon bapak saya selalu pergi ke suatu tempat dengan membawa sebungkus bunga, demikian pula ibu saya akan pergi setiap malam Jum'at Kliwon. Jadi kalau kemudian tidak ada yang mengharuskan saya (nguprek-uprek) untuk sholat maupun puasa itu adalah memang sudah demikian adanya. Dan sebenarnya saya mengerti dengan Kejawen belumlah terlalu lama. Baru setelah tahun 2004, dengan kejadian-kejadian beruntun yang harus menuntun ke arah ini. 

Sekian sekilas uraian tentang diri saya (Mas Thiwul) semoga dapat bermanfaat. Salam Rahayu!